Manchester United dan Barcelona sama-sama sudah pernah merasakan menjadi juara pada turnamen terakbar sepakbola Eropa di Wembley.
Oleh Anugerah Pamuji
27 Mei 2011 22:22:00
Terkait
Tim
Minggu (28/5) besok, akan menjadi klimaks dari serangkaian laga-laga hebat antarklub kontestan Liga Champions 2010/2011 yang kini tinggal menyisakan dua tim terbaik seantero Eropa, Manchester United dan Barcelona, yang siap ‘saling bunuh’ untuk menjadi raja Benua Biru di partai pamungkas nanti. Dan siapapun pemenangnya, tim itu bisa disebut pesohor di belantika sepakbola Eropa.
Berjuta pasang mata dipastikan tertuju menyaksikan kedahsyatan pertarungan sengit antara dua tim yang notabene sama-sama baru memenangi gelar domestik. Begitu juga Wembley Stadium, panggung yang diplot UEFA sebagai tempat digulirkannya final LC edisi sekarang, yang siap menjadi saksi bisu lahirnya jawara Eropa tahun ini.
Stadion kebanggaan Inggris itu untuk kali pertama sejak edisi 1992 bakal kembali mementaskan partai puncak LC. Menariknya, dua finalis LC edisi kali ini sesungguhnya sudah pernah mencicipi tangga podium juara Wembley. United juara di tahun 1968 dan Barca di helatan final Wembley kali terakhir ini. Selain itu, LC di musim 92 juga dicatat sebagai awal dari lahirnya peralihan nama dari European Cup bertransformasi menjadi Liga Champions dengan mengusung format fase grup.
Namun jauh sebelum final edisi 92 tersebut, Wembley Stadium sejatinya ‘belum lah lahir’. Nama stadion ini terdahulu yaitu Empire Stadium atau lebih sering disebut The Twins Towers. Stadion itu berkembang menjadi salah satu yang paling termasyur di dunia sejak didirikan pada tahun 1923. Memasuki era milenium tepatnya di tahun 2003, Empire mengalami renovasi ulang hingga kembali diresmikan pada tahun 2007 oleh federasi sepakbola Inggris [FA] selaku pemilik stadion melalui anak perusahaan mereka, Wembley National Stadium Ltd [WNSL].
Dengan wajah baru, The Twin Towers tinggal lah kenangan dalam buku sejarah karena kini stadion yang terletak di Wembley Park, Borough Brent, London, Inggris, itu, berubah nama menjadi ‘Wembley Stadium’ dan menjelma sebagai stadion termegah nomor dua di Eropa dengan berkapasitas 90.000 bangku yang siap menyuguhkan sejumlah pertandingan bersejarah.
Wembley juga merupakan markas besar timnas Inggris serta venue bagi ajang-ajang level top domestik, Piala FA dan pentas Eropa. UEFA sendiri sudah mengklasifikasikan Wembley sebagai stadion berstatus bintang lima.
Pantas lah bila Wembley kembali dipercaya oleh UEFA di season ini sebagai wadah perhelatan puncak LC antara United dan Barca. Duel kali ini juga merupakan final keenam LC di Wembley, namun laga ini merupakan yang pertama dengan nama Liga Champions [bukan European Cup] serta label new Wembley Stadium [setelah nama old Wembley, The Twin Towers, tidak digunakan lagi].
Untuk menghangatkan kembali cerita klasik partai final di Wembley, GOAL.com Indonesia mengajak Anda untuk mengenang rekam jejak lima partai final yang digelar di Wembley saat masih bernama The Twin Towers Stadium dengan kompetisi bertajuk European Cup.
AC Milan 2-1 SL Benfica
Sepertinya, Wembley bukan lah tempat bersahabat bagi Benfica. Klub the Lisbon ini harus puas merelakan trofi — yang bila mereka menangkan menjadi kali ketiga berturut-turut — ke genggaman Milan, sekaligus juga merupakan trofi Liga Champions pertama raksasa Italia itu.
Rossoneri yang dimotori oleh Gianni Rivera, Cesare Maldini dan Giovanni Trapattoni ketika itu bermain ciamik. Namun sorotan tajam tertuju pada sang pahlawan pencetak dua gol pemasti kemenangan Il Diavolo Rossi, Jose Altafini, di menit 58 dan 69 setelah sebelumnya sempat dibuat tertinggal oleh Banfica sejak menit 19 berkat gol Eusobio.
Manchester United 4-1 SL Benfica (aet)
Sepuluh tahun pascatragedi maut bencana kecelakaan pesawat di Munich, di laga ini United mencatatkan rekor baru sebagai wakil Inggris pertama yang mampu mengangkat trofi Eropa sekaligus mengharumkan negeri Ratu Elisabeth. Matt Busby memang punya ambisi besar merengkuh trofi Eropa tahun itu lantaran di edisi sebelumnya ia gagal mempersembahkan gelar tersebut ketika bermain di luar Inggris. Namun ketika bermain di London, sang pelatih tidak menyia-nyiakan kans.
Bobby Carlton membawa United unggul pada menit 53. Namun sebelas menit sebelum bubaran, Jamie Graca memberikan nafas bagi klub Portugal sekaligus membuat laga harus dituntaskan via extra time. Di babak perpanjangan waktu itu, Red Devils seperti dipeluk dewi fortuna karena sanggup memberondong tiga gol melalui aksi Goerge Best dan Brian Kidd sebelum si korban selamat bencana udara Munich, Charlton, menggenapi kemenangan 4-1 United. Kado fantastis buat Charlton.
Ajax 2-0 Panathinaikos
Setelah di musim sebelumnya Feyenoord sukses merajai Eropa, kini giliran kompatriot mereka, Ajax, meneruskan hegemoni Belanda di Benua Biru. Ajax memastikan diri memenangkan European Cup dengan menghajar Panathinaikos 2-0. Gelar ini merupakan titel Eropa pertama Ajax era Johan Cruyff sebelum di dua edisi berikutnya secara beruntun kembali mereka menangkan.
Dengan mengusung filosofi total football ala racikan pelatih Rinus Michels, Ajax dengan gagah mempecundangi Panathinaikos besutan Ferenc Puskas berkat torehan dari Dick van Dijk di menit 82 sebelum dilengkapi oleh Arie Haan di pengujung laga.
Liverpool 1-0 Club Brugge KV
Mungkin European Cup edisi 78 ini tak akan pernah lekang diingatan para the Kop. Usai menyegel titel Eropa di perhelatan sebelumnya, Liverpool menjadi klub Inggris pertama yang sukses mempertahankan gelar juara karena mereka kembali menasbihkan diri sebagai kampiun dengan mengalahkan Club Brugge 1-0.
Klub Belgia itu sempat membuat publik tercengnang dengan mengalahkan klub tangguh seperti Atletico Madrid dan Juventus, namun tidak bagi the Reds. Meski tampil bagus menghadapi raksasa Inggris itu di final, namun sebuah tendangan terukur Kenny Dalglish menaklukkan kiper Birger Jansen sudah cukup untuk meruntuhkan kegemilangan Brugge. Tak ada yang lebih hebat dari musim itu bagi Dalglish dengan membawa raksasa Merseyside ke puncak kejayaan.
Sampdoria 0-1 Barcelona (aet)
Inilah final terakhir di The Twin Towers sebelum new Wembley didirikan sekaligus juga tercetusnya awal era Liga Champions, revolusi dari turnamen European Cup.
Laga tersebut juga menjadi memori terindah bagi Barcelona karena mereka untuk kali pertama mengklaim trofi Eropa. Mengandalkan bakat lokal seperti Josep Guardiola dan sejumlah nama besar pemain asing seperti Michael Laudrup dan Hristo Stoichkov, klub Katalan menumbangkan Sampdoria. Pertarungan menyengit lantaran harus diakhiri di waktu extra time. Sampdoria dengan nama-nama wahid Italia seperti Roberto Mancini, Gianluca Vialli dan Attilio Lombardo, harus mengakui keunggulan wakil Spanyol saat tendangan bebas pemain internasional Belanda Ronald Koeman memecahkan kebuntuan pada menit 112. Tendangannya tak kuasa dibendung kiper Gianluca Pagliuca.
sumber http://www.goal.com