Pentas Terakhir Kebersamaan Class Of ’92 Di Wembley


Akademi Manchester United merupakan sebuah fenomena karena tak berhenti memunculkan pemain terbaik.

Oleh Ivena Kasatyo

Manchester united 1992 - The retirement of Gary Neville , Beckham & Giggs & Brown & Phil & Paul Scholes & Nicky Butt
Manchester united 1992 – The retirement of Gary Neville , Beckham & Giggs & Brown & Phil & Paul Scholes & Nicky Butt

Class of ’92 kembali disebut saat legenda Manchester United Gary Neville melakukan laga testimonial di Old Trafford, Rabu (25/5). Bukan apa-apa. Laga perpisahan kapten United yang memasuki masa pensiun melawan Juventus itu menampilkan ‘rekan kerja’ Neville sejak dari yunior.

Mulai dari sahabat dekatnya, David Beckham, Nicky Butt, Paul Scholes yang masih menjadi bagian penting United, dan sang adik, Phil Neville yang kini menjadi kapten Everton. Menariknya, laga testimonial digelar hanya beberapa hari menjelang final Liga Champions melawan Barcelona, Sabtu (28/5).

Di antara alumni Class of ’92, hanya Giggs dan Scholes yang tersisa yang akan bertarung di final Liga Champions. Bahkan ini akan menjadi pentas terakhir bagi Ginger Prince alias Pangeran Jahe memutuskan mengikuti jejak Neville, pensiun dari sepakbola. Alhasil, Giggs akan menjadi pemain terakhir yang bertahan di United sesudah pertandingan ini.

Sejak dimunculkan pertama kali pada musim 1995/96, angkatan Class of ’92 dari akademi United langsung menjadi fenomena. Mereka sudah menunjukkan potensi dengan memenangi sejumlah titel di level yunior.

Bahkan manajer Sir Alex Ferguson tak takut membuang sebagian pemain lama yang sesungguhnya telah memberi kontribusi besar membawa United menjadi juara saat kompetisi diubah menjadi Liga Primer Inggris.  Pasukan mudanya yang rata-rata masih berusia di bawah 24 langsung menjadi tulang punggung the Red Devils.

Langkah Ferguson dinilai sebagai perjudian besar yang diyakini berakhir kegagalan. Bagaimana mungkin melepas pemain pilar demi memberi tempat pemain debutan. Apalagi, United mengawalinya dengan kekalahan 3-1 dalam laga tandang melawan Aston Villa pada 19 Agustus 1995.

Bahkan pundit terkenal Alan Hansen mengomentari laga itu, “You’ll never win anything with kids”. Namun, Ferguson membuktikan dirinya bisa memenangi titel juara dengan ‘anak-anak’. United menunjukkan dominasinya. Hebatnya, mereka meraih gelar ganda setelah di final Piala FA menaklukkan klub legendaris, Liverpool 1-0.

Kalimat You’ll never win anything with kids kemudian menjadi semacam tagline dalam t-shirt merchandise United.

Sejak itu, United mengukuhkan dominasi mereka di Liga Inggris. Bila di era sebelumnya pada 1960-an muncul Busby Babes, kini para alumni akademi disebut sebagai Fergie’s Fledglings. Puncaknya, mereka membawa United meraih treble 1999.

Sayang, Scholes melewatkan final Liga Champions 1999 karena akumulasi kartu kuning. Saat United kembali masuk final Champions 2008, Scholes menjadi pemain pertama yang disebut Ferguson bakal menjadi starter.

Selama satu dekade, Class of ’92 menjadi pilar kekuatan United. Mereka juga mewarnai sepakbola Inggris dengan mendominasi skuad the Three Lions.

Class of ’92 memang unik. Saya beruntung pernah menangani anak-anak muda yang istimewa. Selama bertahun-tahun mereka bermain bersama dan meraih sukses di level tertinggi. Menurut saya, tidak ada lagi kelompok anak muda yang bisa memberi dampak luar biasa dalam sepakbola Inggris selain mereka,” kata Ferguson.

Ya, Class of ’92 memang sebuah fenomena. Mereka adalah produk terbaik yang pernah dilahirkan akademi United. Dalam sejarahnya, akademi itu memang telah memunculkan banyak pemain yang kemudian menjadi bintang. Di usianya sudah seabad lebih itu, akademi memang menjadi inti pembinaan pemain muda yang diharapkan menjadi tulang punggung United.

Tak heran bila seleksi untuk masuk akademi tak mudah. Tak semua pemain muda bisa masuk, bahkan untuk sekadar mengikuti trial. Tes yang menjadi persyaratan masuk akademi hanya diperuntukkan mereka yang memang mendapat undangan dari klub.

Melalui proses yang ketat dan kemudian rutin tampil di kompetisi yang tidak kalah ketat untuk usia mereka, produk akademi United pun jelas berkualitas. Penyaringan yang ketat pun kembali diberlakukan sebelum pantas mengenakan kostum the Red Devils. Termasuk ‘mengikuti ujian’ dengan dipinjamkan ke klub-klub yang kurang tenar.

Dan, United menjaga tradisi itu. Meski pembelian pemain top berharga mahal rutin dilakukan, namun klub tak pernah mengabaikan produk dari akademi sendiri. Tak heran bila banyak produk akademi yang mencuat, termasuk legenda Ryan Giggs, Bobby Charlton dan Bill Foulkes.

Belum lagi George Best, Mark Hughes, David Platt, Nobby Stiles, Duncan Edwards sampai generasi saat ini yang masih menjadi andalan United seperti Wes Brown, John O’Shea dan Darren Fletcher serta Gerard Pique yang ironisnya menjadi pilar Barca.

Di Wembley, produk akademi United akan kembali bertemu di final Champions. Menariknya, Barca juga didukung oleh alumni dari La Masia, akademi Barca yang tidak kalah hebat dengan United.

Setelah era Fergie’s Fledglings, generasi baru terus dimunculkan dari akademi United. Hanya, mereka memang tidak sefenomenal Class of ’92 meski tetap diperhitungkan.

Kiper Ben Amos yang merupakan produk asli akademi sudah menjadi incaran. Apalagi, United bakal mendatangkan David de Gea. Bahkan Amos disebut-sebut bakal menjadi pesaing Joe Hart di timnas Inggris.

Tak berhenti di situ. Kini, produk teranyar akademi mulai menjadi topik hangat setelah sukses merebut Piala FA yunior dengan menaklukkan Sheffield United.

Seperti Class of ’92, pasukan remaja dari akademi diyakini bakal mencuat. Sebut saja Tom Thorpe (bek tengah/18), Ryan Tunnicliffe (tengah/18) yang mendapat pujian langsung dari Ferguson maupun Neville, William Keane (striker/18), Paul Pogba (tengah/18) serta ‘bocah bandel’ Ravel Morrison (tengah, depan/18).

Morrison paling sering bermasalah di akademi. Wajar karena dia muncul dari kawasan hitam di Manchester. Hanya dua hari setelah direkrut akademi, ia sudah ditangkap karena melakukan intimidasi terhadap saksi mata. Menanggapi hal itu, klub pun berujar, “Satu hal yang perlu dilakukan adalah mendukung dan membantu dia dalam proses rehabilitasi.”

Dan, Morrisson mampu menjawab kepercayaan yang diberikan akademi. Tak ada yang memungkiri, talentanya memang luar biasa. Ya, sekolah United tak sekadar mencetak pemain hebat tapi mengubah karakter siswanya menjadi lebih baik.

Hasilnya? Akademi United tak pernah berhenti memunculkan pemain hebat. Scholes yang mewakili generasi terakhir Class of ’92 di Old Trafford mungkin segera pensiun. Namun, generasi baru akan terus bermunculan.

sumber http://www.goal.com/id-ID/news/1108/sepakbola-inggris/2011/05/27/2505220/spesial-pentas-terakhir-kebersamaan-class-of-92-di-wembley